Jumat, 29 Januari 2010

Hampa

22:08 WIB
Rabu, 140207
Di malam ini ruang begitu hampa. Sesak begitu dingin membekukan dinding-dinding kebisingan.
Aku hanya menoleh sepi. Memandang tembok-tembok yang mulai usang dan lekang oleh waktu.
Aku hanya merasakan hampa. Menggenggam asa yang masih tak berbayang.
Aku hanya merasakan dingin. Menggigil dalam lolongan angin yang tak bertuan.
Aku hanya diam. Membeku dalam ruang sepi. Memberontak dalam dinding-dinding waktu. Terombang-ambing oleh angin yang tak bertuan. Menghilang dalam asa yang tak berbayang.
Aku hanyalah Aku. Yang tak bisa menjadi Aku tatkala senyum rembulan itu semakin merindu, tatkala bayang sinarnya tak lagi menoleh dinding-dindingku, tatkala Aku meninggalkan aku.

Teka-Teki Pagi

06:47 WIB
Selasa, 090107
Pagi ini terasa aneh bagiku, antara indah dan gersang. Putik-putik bunga yang mulai mekar, jatuh karena keangkuhannya. Dan kumbang-kumbang jalan mencoba mencicipi putik yang sudah jatuh. Merayu bunga yang sudah tidak bermahkota lagi. Menjamah bunga yang sudah layu.
Sementara Aku, hanya terbang dan mengelus dada. Mencoba membaca pertanda-pertanda itu. Mencoba mengerutkan dahi. Apakah bunga-bunga yang sedang mekar tumbuh, akan kehilangan mahkotanya karena keangkuhan. Keangkuhan yang terkadang disadari atau tidak. Keangkuhan yang berdiri tegak bersama tiang-tiang kehidupan, dinding-dinding yang dibangun oleh kerakusan.
Sedang rembulan mulai menghilang oleh sinar mentari. Burung-burung beterbangan mencari jati diri. Dan angin tak sanggup merobohkan tiang-tiang itu. Tak mampu meluluhlantakkan dinding-dinding yang mulai berdiri di mana-mana.
Dan Aku, sungguh tak bisa membaca pertanda-pertanda itu. Teka-teki pagi semakin menyudutkanku dalam ruang dan waktu. Dan ruang mulai menyempit, sedang waktu terus menghimpitku. Sungguh … Aku semakin sesak dan hilang dileburkan keajaiban.

Pertanda

21:10 WIB
Kamis, 040107
Kini aku tersudutkan di ruang yang tak beruang. Dihimpit tembok-tembok kebohongan, dinding-dinding yang berkedok keajaiban, dan tiang-tiang kemunafikan.
Satu rembulan hanya beralaskan senyum manis. Bersimpuh aroma kepalsuan. Berkedok topeng-topeng yang sering kuraba, kuresapi, bahkan sesekali ingin kuremas-remas dan kubuang selamanya.
Dan lima rembulan, baru saja menyinarkan kelemahgemulaian, hingga hati dan gejolak jiwaku terenyuh oleh sinarnya. Bukan … bukan hanya sinarnya, bahkan sama sekali tak berkedok kepalsuan.
Di malam yang penuh teka-teki, enam rembulan kini rapuh sinar gemulainya. Disibakkan kenistaan, kebohongan, kepalsuan, kemunafikan, dan keajaiban … ya … keajaiban yang sering aku temui saat dinding-dinding kebenaran mulai rapuh, saat tiang-tiang kepalsuan mulai berdiri kembali.
Kini aku sungguh tersudutkan ruang, bahkan malam mulai menghimpit jiwa, saat enam rembulan semakin rapuh sinar gemulainya. Sungguh teka-teki malam, dan aku tak bisa membaca pertanda-pertanda itu.
Dan kini aku semakin tersudutkan ruang dan malam. Hilang dilebur kejaiban.

JABLAY

23:49 WIB
Selasa, 020107
JABLAY … itulah panggilan gue di kantor. Hanya anak-anak OB yang panggil gue gitu. Mereka manggil gue sesuai dengan kerja gue di kantor. Gue kerja tergantung panggilan dari kantor, tapi kalo nggak ada kerjaan … yo wish gue nggak dipanggil.
Dan gue nggak ambil pusing dengan hal seperti itu. Gue pun manggil anak-anak OB dengan julukan GERMO (gerombolan office). Mereka juga hampir sama dengan gue, kerja mereka cumin nunggu telepon di ruangan, dan langsung ngacir kalo ada kerjaan. Tapi gue happy-happy aza gaul ma anak-anak OB. Mereka sangat gaul n nggak pandang bulu (pokoknya segala bulu yang nggak bisa dipandang hehehe….) alias nggak ngeliat orang dari kedudukan, harta, bahkan ilmu. Tapi yang gue salutin dari mereka, mereka masih punya HARGA DIRI.
Ooo..ya… sorry. Gue udah genap satu tahun kerja di salah satu penerbit. Kerja jadi editor freelance sungguh bikin gue gali lobang tutup lobang. Tapi walaopun gitu, banyak yang gue ambil positifnya … ilmu gue berkembang, pengalaman yang baru, temen yang asyik, dan yang terpenting … duit coy … hehehe.
Banyak hal-hal yang bisa gue manfaatin buat nata hidup gue selama gue gaul di kantor . Mau tau kan loo …
a. Kepercayaan orang lain itu harus dijaga.
b. Jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan.
c. Banyak sarjana menang di teori, tapi paying di praktik.
d. Berubah … Berubah … dan Berubah … Menjadi lebih baik.

Teka Teki Tuhan

03:00 WIB
Senin, 010107
Tahun baru merupakan tahun yang bener-bener baru bagi gue. Kontrakan baru, lungkungan baru, dan tetangga-tetangga baru. Yang jelas … HIDUP YANG BARU … HIDUP MANDIRI.
Banyak kejadian-kejadian yang gue alami di tahun sebelumnya, khususnya Bulan Desember. Ada kejadian yang indah, buruk (klo itu emang buruk buat gue), yang lucu, dan yang aneh.
Kejadian yang buruk bagi gue, yaitu … (biasa…lah, hal yang sering terjadi dalam kamus gue) … Ditolah cewe. Hal yang biasa sering terjadi saat gue mulai menebar speak-speak moa, saat mulai menebar benih-benih cinta sama cewe-cewe. Tapi, hal ini seh nggak gue ambil pusing. Ngapain jug ague bingung sampe` ngelakuin yang di luar kesadaran. Dan gue sering teringat pesan GSP gue (si Mas n Bagindo), “Hilang Satu Tumbuh Sejuta”… hehehe.
Yang lucu dan aneh bagi gue, kenapa masih ada aza orang yang iri, yang kesel, yang sok borju ma gue. Padahal bagi gue she asyik-asyik aza. Biasa…lah, namanya juga fatamorgana hidup.
Ini neh yang indah bagi gue, gejolak hati gue yang pengen berubah. Berubah dari hal yang negatif ke arah pemikiran yang positif alias lebih ke arah dewasa ... (dan sampai sekarang, gue belum ngerti apa itu “dewasa”… swear … gue bingung …. ???!??!?!!)

Antara Pasukan Semut dan Pasukan Thalut

Antara Pasukan Semut dan Pasukan Thalut

This day a miracle for me….
Udah lama banget neh ga minum teh tubruk. Bukan berarti ga bisa beli tapi emang dasarnya males and ga pernah kepikiran aja pengen minum teh tubruk. Eh.... pas tadi pagi temen sekantorku, Pak Edi bawa teh bubuk... akhirnya tergoda juga,,, finnally jadi deh teh tubruknya.... aku pun minum sampai belepotan bibirku karena tehnya pada nempel di kumis wkwkwkwkwk jadi kaya Om Jojon hihihihi

Selang beberapa lama.... sudah abis setengah gelas, teh yang harumnya menggoda hidungku, ternyata menggoda para semut yang sedang tidur.... ujung-ujungnya tu semut pada gerayangin teh tubruk aku... hiks hiks...

Dan aku pun merelakannya.... ya... itung-itung sedekah. Udah mah jarang sedekah ma orang… ama binatang pun jadi lah…..

Tapi setelah diamati (cie elaaaaaaaaahhhhhhhhhhh kaya professor za), tingggg…. Otak aku jadi muter…. Ya tentu aja terjadi proses berpikir… bukannya tidur. Tu pasukan semut, ada yang giat gotong serbuk the, ada yang ngelilingin gelas, dan ada juga yang nyebur berenang dalam kolam the tubruk. Wah pemandangan yang seru ya….
Hal inilah yang bikin otak muter…. Liat yang kayak gini, aku jadi inget kisah pasukan Thalut dan pasukan Jalut….

Ketika pasukan Thalut akan berperang dengan pasukan Jalut, mereka harus berjalan melewati gurun pasir yang lumayan jauh..... entah berapa kilo jaraknya, yang jelas kalo ditempuh ama pasukan semut, entah berapa hari nyampenya wkwkwkwkwk (mulai hang neh). Di tengah perjalanan, pasukan Thalut udah kecapean, hauuuusssss banget. Pemimpin pasukan pun berpidato di hadapan mereka. “Sebentar lagi kita akan sampai di sebuah oase. Akan tetapi, kalian jangan terlalu rakus meminum air itu dan jangan sampai terlena.” Akhirnya, sampailah pasukan Thalut di oase tersebut. Memang susah kalo yang namanya manusia, udah diomongin dan dinasihatin, sebagian pasukan Thalut pada rakus minum air tersebut, bahkan mereka pada mandi nyebuuuurrr…..

Setelah dirasa hilang capek dan haus, pemimpin pasukan pun bersegera melanjutkan perjalanan. Namun, sebagian yang rakus tidak mau melanjutkan dan memilih bersenang-senang di oase tersebut karena mereka tidak bisa berjalan akibat kebanyakan minum. Singkat cerita, peperangan ini dimenangkan pasukan Thalut karena raja Jalut mati di tangan Daud, salah seorang pasukan Thalut.

So, this miracle is... cari sendiri ya.... lumayan buat olahraga otak…. Biar nggak keram hihihihihi.

Freedom, 29012010

BROMO

BROMO
KAWAH BROMO