06:47 WIB
Selasa, 090107
Pagi ini terasa aneh bagiku, antara indah dan gersang. Putik-putik bunga yang mulai mekar, jatuh karena keangkuhannya. Dan kumbang-kumbang jalan mencoba mencicipi putik yang sudah jatuh. Merayu bunga yang sudah tidak bermahkota lagi. Menjamah bunga yang sudah layu.
Sementara Aku, hanya terbang dan mengelus dada. Mencoba membaca pertanda-pertanda itu. Mencoba mengerutkan dahi. Apakah bunga-bunga yang sedang mekar tumbuh, akan kehilangan mahkotanya karena keangkuhan. Keangkuhan yang terkadang disadari atau tidak. Keangkuhan yang berdiri tegak bersama tiang-tiang kehidupan, dinding-dinding yang dibangun oleh kerakusan.
Sedang rembulan mulai menghilang oleh sinar mentari. Burung-burung beterbangan mencari jati diri. Dan angin tak sanggup merobohkan tiang-tiang itu. Tak mampu meluluhlantakkan dinding-dinding yang mulai berdiri di mana-mana.
Dan Aku, sungguh tak bisa membaca pertanda-pertanda itu. Teka-teki pagi semakin menyudutkanku dalam ruang dan waktu. Dan ruang mulai menyempit, sedang waktu terus menghimpitku. Sungguh … Aku semakin sesak dan hilang dileburkan keajaiban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar