Malam dingin tidak begitu menusuk raga. Angin malam hanya berhembus melewati ruang-ruang hampa. Rintik hujan hanya membasahi dinding-dinding kebuntuan. Semua itu sirna oleh bayang rembulan yang sudah lama tak kulihat. Tak kuraba. Tak kurasakan keindahannya.
Dan kini Aku hanya terbaring di atas pijakan yang sudah kusam, warna yang sudah pudar, rasa yang semakin hambar tanpa sekilasbayang rembulan.
Dinding-dinding kebuntuan hanya berdiri tegak menertawaiku. Ruang-ruang hampa semakin meremukkan sesak napas. Bayang rembulan bahkan semakin menghilanh terhalang kebuntuan dan kehampaan.
Malam tak bisa menemani. Angin tak mampu membawaku terbang. Dan rintik hujan tak dapat menyirami hati yang gersang. Dan Aku semakin rapuh oleh ruang yang hampa dan waktu yang cepat berlalu. Bahkan bayang rembulan tak nampak menemani malam.
Kini Aku masih terbaring di atas pijakan yang semakin rapuh oleh ruang dan waktu.
21:44 WIB
Selasa, 130307
7 komentar:
qo nama kita hampir sama iia,,, aku nie.semut..
kamu kinik semut..
:D
salam kenal iia
hehehe... ya mungkin hanya kebetulan saja... aku suka sama semut.. kamu pun demikian hihihih
Masih adakah kelanjutannya? Saya sudah baca dari awal. Setelah cukup lama tak blogwalking, Alhamdulillah kini ada kesempatan kembali. Ditunggu kunjungan baliknya, Kang. Ada cerpen terbaruku disana. Mohon kritik dan sarannya.
Ini dia http://www.seratanmanah.net/2011/02/sawah-vs-motor.html
Assalamualaikum...salam kenal, mampir ke bloggku ya. Ku tunggu kritik dan sarannya, mksh
Assalamualaikum...salam kenal, mampir ya, ku tunggu kritik n sarannya, mksh.
tulisannya sulit dibaca
mungkin karena masalah warna teks dan backgroundnya..
anyway, nice post... :)
@SRI: wa'alaikum salam.... makasih ya... salam kenal juga... mudah2an bisa mampir...
@RAYITH: makasih bos atas masukannya...
Posting Komentar